Di dadamu
Aku berpulang
Ada sungai yang tak tahu
Ke mana menuju
Pula, tak tahu
Di mana muara
Di dadamu
Aku menunggu
Memiilin sisa angin yang tak lagi berhembus
Di setiap akhir waktu
Selalu ada kamu yang menggigil kepayahan
Menghadang runcing tetes hujan yang menerpa
Selalu ada aku yang menata
Langit memucat
Kedinginan
Maka, setiap awal aktu
Aku mencoba menyulap
Tiap-tiap kepahitan
Merupa jenis senyum yang terasingkan
Di dadamu,
Selalu ada aku
Yang mengingat
Ke mana arah jalan pulang
Februari 2012





0 komentar:
Posting Komentar