Kami adalah tubuh yang tercipta dari sebuah pagi
Kami
tempuh hari dengan suara-suara lenguhan
Dan mata
para tuan yang berteriak kemenangan
Untuk
sebuah kedudukan yang meninggi
Untuk
apa yang dinamakan perigi
Di Pamekasan,
kami menjelma sebuah keberangkatan
Menuju
rindu yang tak pernah kami punya
Maka
uraikanlah simpul yang membelit genggaman
Sebab
sebuah rindu tak pernah berdaya
Ada
perih yang terus membayang
Ada
sakit yang tak kunjung membaik
Tapi
kami tak boleh menyerah begitu saja
Disini
kaki kami berpijak menahan semua perih dan sakit
Menuju
rindu yang tak pernah tergapai
Segala
peluh dan lenguh yang tumbuh
Tak
pernah kuasa kami untuk mengaduh
Dari
duri dedap kami geragap
Mata
kami dikunci untuk satu tujuan pasti
Kulit
kami digosok hingga kemilap
Agar
kalian tidak tahu derita kami akan cemeti
Di kota
ini, tubuh kami terjaga
Menghitung
derap-derap kaki menghentak
Berlari
menuju titian tangga
Menuju
mereka yang bersorak serentak
Kami tak
pernah paham perihal kerumunan di kerapan
Kami tak
ambil pusing tentang bisikan halimunan
Kami
tidak tahu, tidak mencari tahu, pun diberi tahu
Sebab
kepulangan kami
Adalah
penantian akan harga diri
25
September 2012








0 komentar:
Posting Komentar